Luka Yang Abadi
Disaat berumur 9 tahun, merasakan
sakitnya tersambar sebuah bis merupkan hal yang sangat menyakitkan. Itu semua
akibat kelalaian seorang kakak yang akibat keegoisannya mengakibatkan adiknya
sendiri tersambar sebuah bis yang melaju kencang disaat itu.
Hari itu, hari jum’at disaat setiap lelaki
ummat muslim sedang bersiap ke mesjid, kakak beradik itu malah bermain. Sangking
asiknya bermain, ia hampir lupa untuk
pergi ke mesjid. Sekitar 10 menit sebelum kejadian itu, kakak beradik itu
akhirnya menyudahi permainan mereka. Mereka berdua kemudian bergegas untuk
pergi ke mesjid. Aksar, sang kakak yang merasa akan terlambat sampai ke mesjid
akhirnya mempercepat langkahnya. Si adik yang masih kecil dengan langkahnya
yang tidak begitu besar berusaha menyusul langkah kakaknya.
Disaat aksar telah menyebrang jalan,
ia barulah sadar bahwa adiknya masih tertinggal jauh di belakangnya. Aksar pun
menunggu si adik kecilnya itu. Dengan perasaan yang masih khawatir terlambat
untuk ikut sholat jum’at, si kakak memanggil adiknya untuk menyebrang.
Tiba-tiba, brak...?!, si adik kecil
tersambar bis, tanpa merasa bersalah, pengemudi bis itu terus melaju. Si kakak
langsung menyebrang jalan dan mengangkat adiknya kepangkuannya. Dengan rasa
bersalah aksar terus menggoyangkan adiknya sambil berharap si adik tidak
apa-apa.
Orghr...,orghr...,orghr..., suara sang
adik tanpa sadar. Aksar makin khawatir dengan keadaan adiknya.
Untungnya, ada tukang bemor yang
mengenali mereka berdua. Aksar kemudian pulang dan memberitahukan kabar ini
kepada ibu mereka. Sang ibu pun menangis sambil terus menyalahkan si aksar atas
tertabraknya si adik.
Sehari sebelum kejadian itu, sang bapak
bersama salah seorang kakaknya berencana untuk pergi ke Samarinda, di hari itu
juga si bapak pergi ke Sengkang untuk mendaftar pergi ke Samarinda. Mereka
berharap mendapat rezeki yang lebih di sana. Walau pun si ibu dan anak-anaknya
tidak mengijinkan, tapi si bapak tetap pergi ke Sengkang.
Ibu yang bergegas pergi ke Puskesmas
untuk melihat keadaan anaknya terus menangis. Si kakak pun ikut ke Puskesmas
untuk melihat keadaan adiknya.
Setelah diberikan pertolongan pertama,
sang adik kemudian dirujukan untuk pergi ke Rumah Sakit Umum Sengkang. Di
tengah perjalanan si ibu memberikan info kepada keluarganya yang berada di kota Sengkang.
Mendengar kabar tersebut, si bapak
membatalkan rencananya untuk pergi ke Samarinda. Ditengah perjalanan ke kota
Sengkang, si aksar terus merasa bersalah dan berharap tidak terjadi hal-hal
yang tidak di inginkan.
Sesampainya di kota Sengkang aksar di
bawa ke rumah salah satu kerabatnya, ia tidak di bawa ke rumah sakit karena
dikhawatirkan aksar akan ikut merasa tidak enak badan.
Akibat kecelakaan itu aksar tidak
sempat sholat jum’at di mesjid, aksar yang tidak sempat sholat jum’at di mesjid
akhirnya melakukan sholat dhuhur di rumah yang ia singgai. Dirumah itu tidak
ada orang, hanya ia seorang, hal itu di karenakan semua kerabat pergi melihat
si adik di rumah sakit.
Bagi aksar, hari itu tidak kan pernah
ia lupakan. Setelah beberapa minggu, si adik akhirnya keluar dari rumah sakit.
Ternyata, saat kecelakaan itu kaki
adiklah yang terlintas dan akibatnya, tulangnya sedikit remuk. Akibat
kecelakaan itu, luka bekas kecelakaan itu masih membekas di kaki si adik dan
masih membekas di hati sang kakak.
+ komentar + 2 komentar
nice. . .
thanks....?!
Post a Comment
Jika ada hal yang membingungkan mengenai postingan di atas dapat anda tanyakan di kotak komentar di bawah ini....