Selamat Datang

Jalan Setapak

0 komentar



Jalan Setapak

Ketika aku berjalan menyusuri jalan setapak, kumelihat beberapa kejanggalan yang ada. Banyak yang kujumpai hal-hal yang tak biasa kutemui pada  biasanya. Disana banyak kujumpai anak-anak yang dilantarkan oleh orang tuanya. Mereka menjalani hidupnya dengan penuh penderitaan yang harus mencari nafkah sendiri. Dengan peralatan yang sederhana, dia pergi mencari nafkah dengan memulung sampah atau barang-barang bekas yang tidak terpakai dan masih memiliki nilai jual. Hal itu dilakukannya setiap hari tanpa pandang lelah dan putus asa. Mungkin, bagi yang belum pernah berkecimpung dengan dunia anak jalanan akan merasa asing dengan mereka. Di umurnya yang masih kecil, sudah mampu untuk mengatur pola kehidupannya sendiri
Disisi lain, kumelihat seorang perempuan tua yang duduk di atas sebuah bangku bambu. Dipijatnya urat-urat kaki yang menegang akibat rutinitasnya yang melelahkan. Kulit-kulitnya yang berkeriput seakan berbicara tentang lelah yang ada di belakang gubuknya yang rapuh dan lupuk. Matanya layu dan redup. Sepasang mata itu digendong kantung mata kehitaman yang makin melebar. Sesekali, dikedipkan dalam-dalam, sebagai cara untuk memperjelas apa yang menghampar di hadapannya. Tetapi percuma saja. Matanya telah tua, setua perjalanan kepedihanya menjalani hidupnya. Sepasang sandal jepit tipis berwarna merah tergeletak begitu saja di bawah bangku bambunya. Sandal itu dihinggapi lubang di sana-sini. Tak hanya itu, sandalitu pun dihinggapi bercak-bercak kecoklatan. Seperti darah yang mongering. Ya, darah ! bahkan, di atas permukaan salah satu sandal itu masih terdapat darah segar. Darah itu bermuncrat dari kakinya. Di kakinya masih terdapat serpih pecahan kaca yang belum sempat di bersihkannya. Pecahan kaca yang tadinya berada di gundukan sampah belakang rumahnya itu telah bercampur dengan darah merah, darah yang terus menumpuk di atas sandal jepit merahnya.
Sungguh menyedihkannya pemandangan yang kulihat di jalan setapak itu, sampah-sampah berserakan di mana-mana seakan telah menjadi sahabat yang menemaninya sepanjag hari. Harus mencari nafkah meskipun pekerjaannya itu mungkin tak layak untuk dinilai. Itupun dijalaninya secara terpaksa demi mencari sesuap nasi untuk bisa tetap bertahan dalam menjalani hidup ini yang keras. Cobaan dilewatinya setiap hari yang tak pandang lelah dan putus asa.
Bagi saya, kegiatan yang saya alami tidak lain sebagai bahan motivasi bagi teman-teman yang ingin menyisihkan waktunya untuk memperhatikan keaadaan orang-orang yang kurang mampu di sekitar kita. Cerita ini tiada lain juga sebagai upaya menggugah kita bahwa masih banyak orang di negeri ini yang belum mendapatkan kelayakan untuk hidup, belum mendapatkan pendidikan yang layak untuk masa depan. Setidaknya kita masih bisa bersyukur atas semua pemberian dari Allah SWT. Mimpi-mimpi itulah yang selalu menjadi motivasi untuk selalu bersemangat menjalani hidup meski dilihat beban sesulit apapun.
Share this article :

Post a Comment

Jika ada hal yang membingungkan mengenai postingan di atas dapat anda tanyakan di kotak komentar di bawah ini....

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Sampah Otak - All Rights Reserved