Selamat Datang

Sehari Dengan Sapi

0 komentar

Sehari Dengan Sapi
Pembaca yang tidak pernah tinggal di desa atau di kampung akan sulit membayangkan situasi dimana aku bercerita. Sedangkan mereka yang masa kecilnya tinggal di desa mungkin akan lebih mudah mencerna ceritaku.
Aku   berasal dari keluarga yang sederhana. Orang tuaku  memiliki beberapa bidang tanah yang digarap oleh orang  dan 4 ekor sapi yang dipeliharanya sendiri.  
Aku   baru duduk di kelas  2 SMP sepulang sekolah setelah menyelesaikan tugas yang diberikan guru Aku  duduk santai atau membantu ibu sambil menunggu waktu sore. Matahari sudah agak condong ke barat artinya hari sudah sore. Aku berangkat ketempat biasa aku   bertemu dengan teman-temanku. Bukit yang berada di belakang Tower itu adalah tempat  yang ku maksudkan tadi. Di sana aku  bertemu dengan teman pengembala sapi dan sepupuku  yang mengembala sapi juga. Walaupun aku adalah satu-satunya perempuan ditempat itu tapi aku merasa senang bisa berteman dengan mereka. Sore itu mereka mengembala sapi untuk digiring ke kandang karena hari sudah hampir gelap. Namun sebelum mereka pulang mereka menyempatkan diri untuk bermain bola terlebih dahulu. Setelah adzan magrib  berkumandang segeralah kami bergegas pulang.
Setelah Aku  sampai di rumah Aku  dikejutkan dengan suara yang tidak asing lagi bagiku ”kamu dari mana?” tidak salah lagi itu adalah suara bapakku.
Saya dari bukit dibelakang tower. Jawabku  sambil duduk didekatnya .”untuk Apa kamu sering kesana”tanyanya lagi.
Aku suka melihat para pengembala  mengembalakan sapinya.jawabku.
“Anak mu yang satu ini memang lain dari pada yang lain”jelas mamaku lagi.
“Memangnya kenapa ?” tanya papaku .
“Anak perempuan kok senangnya main sama laki-laki” jawab mama.
“Biarkan saja” kata papa.
“Iyya Ma,  Apa salah kalau akau bermain dengan anak laki-laki termasuk sepupuku sendiri” Tanyaku
“Iyya deh terserah kamu” ujar  mama dengan suara rendah.
Aku  anak kedua  dari 4 bersaudara.Kata orang  kerena aku  4 bersaudara perempuan semua maka wajar  jika saya menjadi anak yang tomboy, itu sich kata orang.
Pagi hari seperti biasanya saya bersiap ke sekolah.
“Ma papa mana”? Tanyaku   pada mama
“Papa pergi mengeluarkan  sapi nanti juga pulang” jawabnya
Oooo.balasku   lagi.
Sepulang sekolah saya  merasa sangat capek sekali  dan memutuskan untuk tidur.Bangun tidur tanpa Aku duga papa  mengajakku  untuk pergi mengembala sapi.
“Nung” begitu panggilan Papa padaku
“ya” balasnya.
“Mau ikut mengembala sapi”?tanyanya
“iya..iya” jawabku  dengan suara senang.
Maka tanpa pikir panjang  saya segera pergi mengembala sapi bersama Papa.Sesampainya di sana saya sangat senang melihat sapi-sapiku   yang  tampak sehat, Dan bertemu dengan teman-teman.
Yoyo sepupuku   berkata ndi Nung coba kamu yang mengembalakan sapimu itu.Dalam hati Aku  masih ragu dengan perkataan sepupuku  itu. apakah saya sanggup mengembala sapi kataku dalam hati.Akhirnya Aku  memutuskan untuk memberi tahu papa  dengan usulan sepupuku  itu.
Papaku  pun mengijinkan untuk mengembalakan sapi itu.Saya merasa senang dan khawatir juga karena tidak mudah bagi saya untuk mengembala sapi.Hari pertama mengembala sapi  aku  merasa senang. Kami   mengembala sapi dari satu tempat ketempat lain tergantung dengan tersedianya rumput untuk sapi-sapi kami.Sore itu kami  pergi mengembala  sapi dengan yang lainnya. Tak berapa lama kami berjalan terdengar suara yang mengejutkan  dan menghentikan langkah kami.Ternyata suara itu adalah suara choky  salah satu teman pengembala sapi .
“woooi” Teriaknya
”kamu kenapa chok”? balas kami  sambil menoleh padanya.
“Sapiku hilang” jawabnya dengan suara  yang  serak.
“Memangnya kamu ikat dimana” ? Tanyaku
“Di sebelah pohon besar itu” jawabnya  sambil menunjuk pohon besar tersebut.
“Ayo kita cari sapimu bersama”ujar kami
Setelah beberapa lama kami  mencari sapi yang kayanya hilang. Ternyata sapi itu ikut dengan sapi milik orang lain mungkin sapi itu mengira bahwa gerombolan sapi itu adalah temannya.Serantak kami  tertawa lepas ternyata sapi juga bisa salah alamat yaa.
Menjadi pengembala sapi aku  merasa senang karena menjadi dekat dengan sapi-sapi dan  memiliki banyak teman yang sederhana tapi menyenangkan mendapat pembelajaran bahwa kebersamaan dalam situasi apapun akan terasa mudah dengan dihadapi bersama.
Menjadi pengembala sapi  perempuan merupakan hal tidak mudah, banyak orang yang menyindir dengan apa yang  aku  kerjakan tapi ya aku  orang cuek kok jadi mau ngomong apa saja terserah orang aja itu hak mereka mengeluarkan pendapatnya. Bahkan terkadang mereka berkata kepadaku “apa kamu tidak malu dengan teman-temanmu sebagai  pengembala sapi,kamu kan anak perempuan  seharusnya tinggal di rumah atau keluar jalan-jalan dengan anak sebayamu”? mendengar pertanyaan mereka, Aku  tidak tersinggung sama sekali Aku   menjawab pertanyaan mereka dengen berkata “Aku  tidak malu menjadi pengembala sapi bersama anak laki-laki lainnya,aku  malah malu kalau keluar rumah kesana-kemari  tanpa alasan yang jelas dan bergaul dengan anak perempauan yang suka duduk di pinggir jalan.Mengembala sapi pun bukan hal yang buruk.Aku senang dengan kepribadianku sekarang saya merasa enjoy berteman dengan anak laki-laki daripada anak perempuan jelasku.setelah sampai dirumah  saya merasa capek sekali maklum baru permulaan.Saat itu mamaku  marah “ngapain kamu mengembala sapi segala”?tanya mama  dengan suara yang agak keras. Tidak apa-apa kok saya sendiri yang mau.balasku.”Ya sudah tapi kalau sakit jangan mengeluh” jawabnya dengan suara yang terdengar kesal padaku.
                Aku makan malam dan setelah itu aku tidur kerena  sudah capek  mengembala sapi.


Share this article :

Post a Comment

Jika ada hal yang membingungkan mengenai postingan di atas dapat anda tanyakan di kotak komentar di bawah ini....

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Sampah Otak - All Rights Reserved